Minggu, 20 Januari 2008

Cerita dibalik Iklan Belakang Majalah FORUM Keadilan (Pemerasan Terhadap PT MAKINDO dan Gunawan Jusuf episod II)

Memang hal seperti itu lazim di media manapun. Tapi cerita di FORUM Keadilan (selanjutnya ditulis FORUM) sangat berbeda. Karena media ini memang sudah memiliki nama besar. Jadi saat ini hanya dimanfaatkan oleh segelintir penjabat redaksi saja untuk mencari uang. Tanpa mempertimbangkan prinsip jurnalistik yang baik.

Cerita tentang Makindo dan kisah foto Gunawan Jusuf yang dipanpang terus di halaman cover belakang FORUM itu cukup jadi bukti. Waktu itu, Priyono Bandot Sumbogo, dia inilah yang jadi penanggungjawab sementara di FORUM, bermakdus mengambil duit gede dari PT Makindo. Tapi ceritanya dia kena tipu.

Karena gagal ngambil duit Makindo, akhirnya Priyono pake cara lain. Dia nyeberang memihak lawannya Makindo di. Kebetulan ada "bencong" yang rajin datang ke FORUM. Bencong ini mengaku bisa menghubungkan dengan si lawan Makindo itu. Sementara Priyono memang tak punya hubungan dengan beliau. (Dengan siapapun dia tak punya memang). Alhasil, mantan wartawan yang bekas di pecat TEMPO, GATRA, GAMMA dan PILARS itu pun percaya saja sama bencong. Tentu dengan konsekwensi si bencong itu mampu menyampaikan maksud Priyono agar membayar sejumlah yang kepadanya.

Maka, jadilah cerita tentang Gunawan Jusuf di buat di rubrik forum utama. Wajah Gunawan di pampang di cover depan. Judulnya langsung memvonis, "The King of Crime". Tanpa ada wawancara dari pihak Gunawan Jusuf, berita itu tetap diturunkan.

Ternyata, setelah terbit, di bencong itu pun menghilang. Priyono cuma gigit jari. Dia kena tipu. Kabarnya, si bencong itu sudah mendapat uang dari lawannya Makindo itu. Tapi tidak diberikan ke Priyono. Alhasil, si penanggung jawab redaksi itupun cuma bisa menulis di FORUM. Dia ditipu bencong. Tentu karena niatnya mengambil duit dari Makindo tak kesampaian.

cerita berlanjut. Ternyata Priyono masih penasaran. Dia mencari jalan lain. Dia berusaha menghubungi pengacara Gunawan Jusuf. Pengacara itu Hotman Paris Hutapea. Hotman tentu marah ketika Priyono menyampaikan maksud dan tujuannya. Ya pasti ingin mendapatkan uang dari Makindo. priyono pun kena damprat habis-habisan sama Hotman. Sudah tak dapat uang, kena damprat lagi. Kaccian sekali deh pemred yang satu ini. Sama sekali tak ada wibawanya.

dendam dengan Hotman, ternyata dia mengintruksikan agar menulis panjang tentang pengacara itu. Priyono pun memberi instruksi di rapat redaksi. Hotman harus ditulis sebagai pengacara hitam. Tapi Priyono sama sekali tak memberi bahan dan data sedikitpun. Dia hanya emosi karena dimarah-marahi Hotman.

Saya, yang kebetulan waktu itu menjabat redaktur hukum, ditugasi menulis itu. Karena perintah penanggungjawab redaksi, tentu saya tak bisa menolak. Kisah tentang Hotman pun ditulis. Bahan dan data saya cari dengan reportase ke beberapa pengacara dan kasus yang ada. Memang, ada beberapa pengacara yang mengkategorikan Hotman tergolong "hitam".Tapi mengukurnya tentu tak gampang. Karena susah pembuktiannya. Tapi, tulisan mesti jadi. Priyono tak mau tau. Dia tetap menginginkan tulisan Hotman sebagai pengacara hitam. Tapi dia sama sekali tak berbuat apa-apa. Tak ada bantuan sedikitpun darinya.

Alhasil, saya menulisnya dengan septi. Tak langsung menohok Hotman sebagai pengacara hitam. Hanya menceritakan kisah orang yang pernah kalah ketika melawan Makindo ketika memakai Hotman. Karena menulis hukum tentu tak bisa serampangan. Tak bisa asal tuduh saja. Namun herannya Priyono sama sekali tak memahami hal itu. Padahal dia itu penanggungjawab redaksi. Tapi begitulah kondisi di FORUM.

Setelah majalah terbit, dan foto Hotman dipajang di cover depan, Hotman marah-marah kepada saya. Karena ditulisan itu nama saya yang tertulis. Bukan Priyono. Proses marahnya Hotman itu mulanya akan saya buat laporan ke Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) dan Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) tempat Hotman bernaung. Tapi, sebelumnya saya sampaikan ke Priyono. Eh, dia malah tidak respon. Seolah laki-laki ini tak mau ambil pusing atas kejadian yang dialami wartawannya. Wajahnya memancarkan ketakutan. karena memang Priyono ini bukan orang hukum. Sama sekali tak mengerti hukum.

Pastinya, sangat menyesakkan bekerja di FORUM sebagai wartawan. Karena kita tidak dididik menjadi wartawan yang idealis. Melainkan siperintahkan untuk menulis berita yang bisa menghasilkan uang. Sungguh nafik sekali.

Kini lihatlah kondisi FORUM sekarang. Hidup segan mati tak mau. Wartawannya digaji dengan rendah sekali. Di suruh menulis sampai sepuluh halaman tiap pekan. Gajinya, alamak, sering dibayar tidak full. Kalau gaji 2 juta, sebulan kadang hanya terima 1 juta saja. Itu masih syukur, karena lebih sering tidak gajian. Padahal iklan pesanan banyak masuk. Tapi uang entah lari kemana. Bisa jadi dinikmati sendiri oleh Priyono itu.

Tidak ada komentar: